Rabu, 15 Agustus 2012

Filosofi ⓘgoleki tapake kuntul maburⓘ

AJARAN Kejawen itu sarat dengan beraneka filosofi (kata-kata kiasan/sanepan)
Salah satu kata-kata kiasan yang sering didengar adalah "Golekana tapake kuntul
mabur" (carilah telapak kaki bangau yang terbang). Cobalah Anda melihat
bangau yang sedang terbang. Apakah Anda bisa melihat telapak kakinya?
Meskipun Anda berkeliling kemanapun, tidak akan pernah melihat telapak kaki
bangau jika si bangau sedang terbang. Orang Jawa sendiri menyebut kata-kata
seperti itu adalah sanepan.
Meski terlihat remeh, namun kata-kata tersebut cenderung memiliki arti yang
dalam. Kata-kata sanepan tersebut termasuk ke dalam Ilmu kasampurnan.
Untuk mencari makna kata-kata tersebut harus dicari dengan cara tirakat dan
lelaku. Agar bisa menggayuh sanepan "Golekana tapake kuntul mabur" tadi,
sangatlah perlu mengosongkan keinginan dan pikirannya.
Pelajaran yang dapat diambil dari filosofi bangau yaitu, bangau adalah jenis
burung yang kemampuannya hanya bisa terbang. Kalau kita lihat bangau itu bisa
terbang tanpa ada yang menyangganya. Lalu siapa yang menyangganya?
Kalau manusia bisa mengosongkan diri dari semua yang berkaitan dengan
kehidupan, jangankan harta, derajat dan pangkat, bahkan pegangan kehidupun
pun harus dilepaskan jika manusia itu ingin mengetahui diri pribadi dengan
sendirinya, meskipun tidak ada yang memberi petunjuk. Hal itu ibarat burung
bangau yang bisa terbang tanpa ada yang menyangga.
Jika manusia mencarinya, maka manusia tadi bisa berkata,"aku bisa merasakan
ada yang memberitahu diriku meskipun tidak ada yang memberitahu karena aku
sudah mengosongkan diri dari semua keinginanku, aku juga bisa merasakan
bahwa aku ini tidak mempunyai apa-apa. Dan aku tidak mengetahui apa-apa.
Aku ini bukanlah apa-apa, tetapi aku ini ada".
Telapak kaki burung bangau itu sebenarnya ada kalau ia mendarat. Tetapi kalau
sedang terbang, pasti kita setengah mati untuk mencarinya. Itu merupakan
sebuah simbol bahwa GUSTI ALLAH itu ada, tetapi kita tidak bisa melihatnya.
Oleh karena itu, kalau kita sudah sampai pada rasa seperti itu, maka kita sudah
memasuki kawruh tentang GUSTI ALLAH. Kita akan tahu ternyata GUSTI ALLAH
yang memberitahu, membuat kita memiliki apa-apa, bahkan GUSTI ALLAH yang
membuat kita menjadi tahu apa-apa. GUSTI ALLAH juga menjadikan kita menjadi
ada, dari tidak ada dan akan menuju ke ketiadaan.
Filosofi "Golekana Tapake Kuntul Mabur" tadi sebenarnya adalah rasa pasrah
pada GUSTI ALLAH. Rasa kepasrahan pada GUSTI ALLAH itu adalah dengan cara
manembah pada GUSTI ALLAH tan kendhat rino kelawan wengi" dan memberi
pertolongan kepada sesama makhluk hidup, saling berbagi serta saling
mengasihi sesama

1 komentar: