Sabtu, 07 Juli 2012

3 syahadat versi sunan bonang

Menurut Sunan Bonang, ada tiga macam syahadat:
1. Mutawilah (muta`awillah di dalam bahasa Arab)
2. Mutawassitah (Mutawassita)
3. Mutakhirah (muta`akhira)
Yang pertama
syahadat (penyaksian) sebelum manusia dilahirkan ke dunia iaitu dari Hari Mitsaq
(Hari Perjanjian) sebagaimana dikemukakan di dalam ayat al-Qur`an 7: 172,
“Bukankah Aku ini Tuhanmu? Ya, aku menyaksikan” (Alastu bi rabbikum? Qalu
bala syahidna).
Yang ke dua
ialah syahadat ketika seseorang menyatakan diri memeluk agama Islam dengan
mengucap “Tiada Tuhan selain allah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya”.
Yang ketiga
adalah syahadat yang diucapkan para Nabi, Wali dan Orang Mukmin sejati.
Bilamana tiga syahadat ini dipadukan menjadi satu maka dapat dimpamakan
seperti kesatuan transenden antara tidakan menulis, tulisan dan lembaran kertas
yang mengandung tulisan itu. Juga dapat diumpamakan sperti gelas, isinya dan
gelas yang isinya penuh. Bilamana gelas bening, isinya akan tampak bening
sedang gelasnya tidak kelihatan. Begitu pula hati seorang mukmin yang
merupakan tempat kediaman Tuhan, akan memperlihatkan kehadiran-Nya
bilamana hati itu bersih, tulus dan jujur.
Di dalam hati yang bersih, dualitas lenyap. Yang kelihatan ialah tindakan cahaya-
Nya yang melihat. Artinya dalam melakukan perbuatan apa saja seorang mukmin
senantiasa sadar bahwa dia selalu diawasi oleh Tuhan, yang menyebabkannya
tidak lalai menjalankan perintah agama.. Perumpamman ini dapat dirujuk kepada
perumpamaan seupa di dalam Futuh al-Makkiyah karya Ibn `Arabi dan Lamacat
karya `Iraqi.
Karya Sunan Bonang juga unik ialah Gita Suluk Wali, untaian puisi-puisi lirik yang
memikat. Dipaparkan bahwa hati seorang yang ditawan oleh rasa cinta itu
seperti laut pasang menghanyutkan atau seperti api yang membakar sesuatu
sampai hangus. Untaian puisi-puisi ini diakhiri dengna pepatah sufi “Qalb al-
mucmin bait Allah” (Hati seorang mukmin adalah tempat kediaman Tuhan).
Suluk Jebeng. Ditulis dalam tembang Dhandhanggula dan dimulai dengan
perbimcanganmengenai wujud manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi dan
bahawasanya manusia itu dicipta menyerupai gambaran-Nya (mehjumbh
dinulu). Hakekat diir yang sejati ini mesti dikenal supaya perilaku dan amal
perubuatan seseorang di dunia mencerminkan kebenaran. Persatuan manusia
dengan Tuhan diumpamakan sebagai gema dengan suara. Manusia harus
mengenal suksma (ruh) yang berada di dalam tubuhnya. Ruh di dalam tubuh
sperti api yang tak kelihatan. Yang nampak hanyalah bara, sinar, nyala, panas dan
asapnya.
Ruh dihubungkan dengan wujud tersembunyi, yang pemunculan dan
kelenyapannya tidak mudah diketahui. Ujar Sunan Bonang:
Puncak ilmu yang sempurna
Seperti api berkobar
Hanya bara dan nyalanya
Hanya kilatan cahaya
Hanya asapnya kelihatan
Ketauilah wujud sebelum api menyala
Dan sesudah api padam
Karena serba diliputi rahsia
Adakah kata-kata yang bisa menyebutkan?
Jangan tinggikan diri melampaui ukuran
Berlindunglah semata kepada-Nya
Ketahui, rumah sebenarnya jasad ialah ruh
Jangan bertanya
Jangan memuja nabi dan wali-wali
Jangan mengaku Tuhan
Jangan mengira tidak ada padahal ada
Sebaiknya diam
Jangan sampai digoncang
Oleh kebingungan
Pencapaian sempurna
Bagaikan orang yang sedang tidur
Dengan seorang perempuan, kala bercinta
Mereka karam dalam asyik, terlena
Hanyut dalam berahi
Anakku, terimalah
Dan pahami dengan baik
Ilmu ini memang sukar dicerna

0 komentar:

Posting Komentar