Sabtu, 07 Juli 2012

Filosofi PETRUK

Filosofi Petruk
Anak Gandarwa (sebangsa jin), menjadi anak angkat kedua Semar setelah
Gareng.Nama lain Petruk adalah Kanthong Bolong, artinya suka berdema.
Doblajaya, artinya pintar. Diantara saudaranya (Gareng dan Bagong) Petruklah
yang paling pandai dan pintar bicara.
Petruk tinggal di Pecuk Pecukilan. Ia mempunyai satu anak yaitu Bambang
Lengkung Kusuma (seorang yang tampan) istrinya bernama Dewi Undanawati.
Sebagai punakawan Petruk selalu menghibur tuannya ketika dalam kesusahaan
menerima cobaan, mengingatkan ketika lupa, membela ketika teraniaya. Intinya
bisa momong, momot, momor,mursid dan murakabi.
1. momong ..................................... artinya bisa mengasuh.
2. momot ....................................... artinya dapat memuat segala keluhan
tuannya, dapat merahasiakan masalah.
3. Momor ......................................  artinya tidak sakit hati ketika dikritik dan
tidak mudah bangga kalau disanjung.
4. Mursid .......................................  artinya pintar sebagai abdi, mengetahui
kehendak tuannya.
5. Murakabi ...................................  artinya bermanfaat bagi sesama.
Pada suatu waktu Pandawa kehilangan jimat Kalimasada. kehilangan jimat ini
artinya Pandawa lumpuh karena hilang kebijaksanaan dan kemakmuran,
keangkaramurkaan timbul dimana-mana. Jimat ini dicuri oleh Mustakaweni.
Mengetahui hal itu Bambang Irawan dan Bambang Priyambodo (anak Arjuna)
dengan disertai Petruk berusaha merebut jimat tersebut dari tangan
Mustakaweni. Akhirnya jimat tersebut berhasil direbut dan dititipkan kepada
Petruk.
Sementara itu ternyata Adipati Karna juga berhasrat memiliki jimat tersebut.
petruk ditusuk dengan keris pusaka yang ampuh yaitu Kyai Jalak, Petrukpun mati
seketika. Atas kesaktian ayahnya (Gandarwa) Petruk dihidupkan lagi. Kemudian
ayahnya tersebut ingin menolong Petruk dengan berubah wujud menjadi
Duryudana. ketika Karna bertemu Duryudana jimat kalimasada diserahkan
kepadanya. Betapa terkejutnya Karna mengetahui telah diperdaya oleh
Gandarwa. Akhirnya jimat tersebut oleh Gandarwa diserahkan kembali kepada
Petruk, dan dia menasehati kalau menghadapi musuh Petruk harus hati-hati dan
jimat tersebut diminta untuk diletakkan di atas kepalanya. Ternyata setelah jimat
tersebut diterapkan sesuai anjuran ayahnya Petruk menjadi sangat sakti, tidak
mempan senjata apapun. Karna-pun dapat dikalahkannya.Tak terasa akhirnya
Petruk terpisah dengan tuannya Bambang Irawan. Petrukpun mengembara,
semua negara ditakhlukkannya termasuk negara Ngrancang Kencana. Petruk
menjadi raja disana dan bergelar Prabu Wel Keduwelbeh. Sedangkan raja yang
asli menjadi bawahannya. Begitulah ketika Punakawan kalau sudah
mengeluarkan kesaktiannya tidak ada manusiapun yang dapat menandinginya.
Ketika akan mewisuda dirinya, semua raja negara bawahan yang ditaklukkannya
hadir termasuk Astina. Yang belum hanya Pandawa, Dwarawati, dan Mandura.
Semula ketiga raja negar tersebut tidak mau hadir, tetapi setelah Pandawa dan
Mandura dikalahkan akhirnya Raja Dwarawati  (Prabu Kresna) menyerahkan hal
ini kepada Semar. Oleh Semar Gareng dan Bagong diajukan sebagai wakil dari
Dwarawati. Terjadilah peperangan yang sangat ramai antara Prabu Wel
Keduwelbeh dengan Gareng dan Bagong, peperangan tidak segera berakhir
karena belum ada yang menang dan belum ada yang kalah, sampai ketiganya
berkeringat. Gareng dan Bagong akhirnya bisa mengenali bau keringat
saudaranya Petruk dan yakin bahwa orang yang mengajak bertarung itu
sesungguhnya adalah Petruk, maka mereka tidak lagi bertarung kesaktian tetapi
malah diajak bercanda, berjoged bersama, dengan berbagai lagu dan tari. Wel
Geduwelbeh merasa dirinya kembali ke habitatnya, lupa bahwa dia memakai
pakaian kerajaan. Setelah ingat .... ia segera lari meninggalkan Gareng dan
Petruk. Wel Geduwlbeh dikejar oleh Gareng dan Bagong setelah tertangkap,  sang
prabu dipeluk dan digelitik oleh Bagong sampai Petruk kembali ke wujud aslinya.
Setelah terbuka semua Petruk ditanya oleh Kresna mengapa ia bertindak seperti
itu. ia beralasan bahwa tindakan itu untuk mengingatkan tuannya bahwa segala
perilaku harus diperhitungkan terlebih dahulu. Contohnya saat membangun
candi Sapta Arga, kerajaan ditinggal kosong sehingga kehilangan jimat
Kalimasada. Bambang Irawan jangan mudah percaya kepada siapa saja. Kalau
diberi tugas sampai tuntas jangan dititipkan kepada siapapun. Setelah menjadi
raja jangan sombong  dan meremehkan rakyat kecil, karena rakyat kecil kalau
sudah marah/ memberontak pimpinan bisa berantakan. Dengan cara inilah
Petruk ingin menyadarkan tuannya, karena kalau secara terang-terangan pasti
tidak dipercaya bahkan mungkin dimarahi.
Bagaimanapun Petruk merasa bersalah, kemudian ia minta maaf. Pandawapun
akhirnya memaafkan Petruk dan dengan senang hati menerima nasihat Petruk.
I nti pendidikan budi pekerti yang bisa diambil dari cerita diatas :
1. Budi dan watak tidak dapat diukur dari penampilan/ fisik, tetapi dengan
perilaku nyata.
2. Bawahan harus setia pada atasan
3. Mengerjakan tugas hingga tuntas dan diusahakan berhasil dengan baik
4. Jangan merebut hak dan milik orang lain
5. Semua tindakan harus dengan penuh perhitungan, jangan ceroboh dan
tergesa-gesa mengambil keputusan.
6. milikilah watak momong, momot, momor,mursid, dan murakabi
7. Kalau sudah mulia jangan terlena
8. Kalau salah harus berani mengakui dan meminta maaf


0 komentar:

Posting Komentar