Rabu, 13 Maret 2013

SYEKH WALI LANANG

Wejangan Syekh Wali Lanang
Ketika selesai membangun pesantren,
Raden Paku teringat salah satu
bungkusan yg harus dibukanya. Ia ingat
kata2 ayahnya kalau bingkisan itu berisi
rahasia ilmu sejati yg harus dibacanya.
Dengan hati2 dibukanya bungkusan tsb.
Didalamnya ada beberapa lembar daun
lontar bertuliskan huruf arab pegon.
Segera dibacanya tulisan tsb.
A. Tentang Macam Ilmu Manusia.
Adalah suatu yg pasti terjadi anakku,
ketahuilah ini, renungkan demi
kasampurnaan ilmumu. Di dunia ini,
entah kapan, sakit, dan mati pasti terjadi.
Maka hendaklah waspada, tidak urung
kita juga akan mati, jangan lupa pada
sangkan paran dumadi. Untuk itu, di
dunia ini hendaklah selalu prihatin. Agar
benar2 sempurna engkau berilmu.
Dalam memperbincangkan ilmu
kasempurnaan ini, jangan lupa arti
bahasanya jika engkau
mempertanyakannya. Karena mengetahui
arti bahasa adalah kuncinya.
Kesungguhanlah yg pasti, itulah yg perlu
benar2 engkau mengerti. Jangan takut
pd biaya. Bukan emas, bukan dirham,
dan bukan pula harta benda. Namun
hanya niat ikhlas saja yg diperlukan.
Adapun ilmu manusia itu ada 2, anakku.
Yang pertama adalah ilmu kamanungsan
yg lahir daru jalan indrawi dan melalui
laku kamanungsan. Yang kedua adalah
ilmu kasampurnaan yg lahir melalui
pembelajaran langsung dari Sang Khalik.
Untuk yg kedua ini, ia terjadi melalui 2
cara, yaitu dari luar dan dari dalam.
Yang dari luar, dilalui dg cara belajar.
Sedangkan yg dari dalam, dilalui dg cara
menyibukan diri dg jalan bertapa
( bertafakur ).
Adapun bertafakur secara batin itu
sepadan dg belajar secara lahir. Belajar
memilki arti pengambilan manfaat oleh
seorang murid dari gerak seorang guru.
Sedangkan tafakur memilki makna batin,
yaitu suksma seorang murid yg
mengambil manfaat dari suksma sejati,
ialah jiwa sejati.
Suksma sejati dalam olah ngelmu
memilki pengaruh yg lebih kuat
dibandingkan berbagai nasehat dari ahli
ilmu dan ahli nalar. Ilmu2 seperti itu
tersimpan kuat pada pangkal suksma,
bagaikan benih yg tertanam dalam tanah,
atau mutiara di dasar laut.
Ketahuilah anakku, kewajiban orang
hidup tidak lain adalah selalu berusaha
menjadikan daya potensial yg ada di
dalam dirinya menjadi suatu bentuk aksi
(perbuatan) yg bermanfaat. Sebagaimana
engkau juga wajib mengubah daya
potensial yg ada dalam dirimu menjadi
perbuatan, melalui belajar. Sejatinya
dalam belajar, suksma sang murid
menyerupai dan berdekatan dg suksma
sang guru. Sebagai yg memberi manfaat,
guru laksana petani. Dan sbg yg
meminta manfaat, murid ibarat bumi
atau tanah.
Anakku ketahuilah, ilmu merupakan
kekuatan seperti benih atau tepatnya
seperti tumbuh2an. Apabila suksma sang
murid sudah matang, ia akan menjadi
seperti pohon yg berbuah, atau seperti
mutiara yg sudah dikeluarkan dari dasar
laut. Jika kekuatan badaniah
mengalahkan jiwa, berarti murid masih
harus terus menjalani laku prihatin
dalam olah ngelmu dg menyelami
kesulitan demi kesulitan dan kepenatan
demi kepenatan, dalam rangka
menggapai manfaat.
Jika Cahaya Rasa mengalahkan macam2
indra, berarti murid lebih membutuhkan
sedikit tafakur ketimbang banyak belajar.
Sebab suksma yg cair atau dalam
bahasa arab dsb nafs al-qabil akan
berhasil menggapai manfaat walau
hanya dg berfikir sesaat, ketimbang
proses belajar setahun yg dilakukan oleh
suksma yg beku nafs al-jamid.
Jadi, engkau bisa meraih ilmu dg cara
belajar, dan bisa juga mendapatkannya
dg cara bertafakur. Walaupun
sebenarnya dalam belajar itu juga
memerlukan proses tafakur. Dan dg
tafakur engkau tahu manusia hanya bisa
mempelajari sebagian saja dari seluruh
ilmu dan tidak bisa semuanya.
Banyak ilmu2 mendasar atau yg dsb
annazhariyyah dan penemuan2 baru,
berhasil dikuak oleh orang2 yg memilki
kearifan. Dg kejernihan otak, kekuatan
daya fikir dan ketajaman batin, mereka
berhasil menguak hal2 tsb tanpa proses
belajar dan usaha pencapaian ilmu yg
berlebihan.
Dg bertafakur, manusia berhasil menguak
ajaran sangkan paraning dumadi . Dg
begitu terbukalah asumsi dasar dari
keilmuan sehingga persoalan tidak
berlarut2 dan segera tersingkap
kebodohan yg menyelimuti kalbu.
Seperti telah kuberitahukan sebelumnya
anakku, suksma tidak bisa mempelajari
semua yg di inginka, baik yg bersifat
sebagian ( juz’i / parsial ) maupun yg
menyeluruh ( kulli / universal ) dg cara
belajar. Ia harus mempelajari dg induksi,
sebagian dg deduksi sebagaimana
umumnya manusia dan sebagian lagi dg
analogi yg membutuhkan kejernihan
berfikir. Berdasarkan hal ini, ahli ilmu
terus membentangkan kaidah2 keilmuan.
Ketahuilah anakku.
Seorang ahli ilmu tidak bisa mempelajari
apa yg dibutuhkan seluruh hidupnya. Ia
hanya bisa mempelajari keilmuan umum
dan beragam bentuk yg merupakan
turunannya dan hal itu menjadi dasar
untuk melakukan qiyas terhadap berbagi
persoalan lainnya. Begitu pula para tabib,
tidaklah bisa mempelajari seluruh unsur
obat2an untuk orang lain. Meraka hanya
mempelajari gejala2 umum. Dan setiap
orang diobati menurut sifat masing2
Demikian juga para ahli perbintangan,
mereka mempelajari hal2 umum yg
berkaitan dg bintang, kemudian berfikir
dan memutuskan berbagai hukum.
Demikian juga halnya seorang ahli fikih
dan pujangga. Begitu seterusnya,
imajinasi dan karsa yg indah2 berjalan.
Yang satu menggunakan tafakur sbg alat
pukul, semacam lidi, sedangkan yg lain
menggunakan alat bantu lain untuk
merealisasikan.
Anakku jika pintu suksma terbuka, ia
akan tahu bagaimana cara bertafakur dg
benar dan selanjutnya ia bisa memahami
bagaimana merealisasikan apa yg
diinginkan. Karena itu hati pun menjadi
lapang, pikiran jadi terbuka dan daya
potensial yg ada dalam diri akan lahir
menjadi aksi (perbuatan) yg
berkelanjutan dan tak mengenal lelah.
B. Memahami Ilmu Kasampurnaan.
Ketahuilah anakku bahwa ilmu
kasampurnaan itu ada 2 macam,
Pertama, diberikan melalui wahyu.
Apabila suksma manusia telah
sempurna, niscaya akan sirna segala
sesuatu yg dapat mengotori watak,
seperti halnya sikap rakus dan impian
semu. Suksma akan menghadap Sang
Pencipta, merengkuh cintaNya dan
berharap manfaat serta limpahan
cahayaNya.
Allah akan menyambut suksma itu
secara total. Tatapan Ketuhan
memandanginya dan menjadikannya
seperti papan. kemudian Allah akan
menjadikan pena dari suskma sejati. Dan
pena itu diukirkan ilmu pada papan tadi.
Suksma sejati laksana guru, suksma
manusia suci ibarat sang murid.
Sehingga dicapailah seluruh ilmu, dan
padanya semua bentuk terukir tanpa
proses belajar maupun berfikir. Dalilnya :
“Dan Dialah yg mengajarkanmu apa2 yg
tidak kamu ketahui” (QS. An-Nisa:213).
Ilmu para nabi lebih tinggi derajatnya
dibandingkan ilmu mahluk2 yg lain.
Karena ilmu tsb diperoleh langsung dari
YME tanpa perantara. Kau bisa
memahami dalam kisah para malaikat dg
kanjeng Nabi Adam. Sepanjang usianya
para malaikat terus belajar. Dan dg
berbagi cara mereka berhasil
mendapatkan banyak macam ilmu,
sehingga mereka menjadi mahluk yg
paling berilmu dan mahluk paling
berpengetahuan.
Sementara itu Adam tidaklah tergolong
ahli ngelmu karena ia tidak pernah
belajar dan berjumpa dg seorang guru.
Malaikat bangga dan dg besar hati
mereka berkata:” padahal kami Senantisa
bertasbih dg memuji Engkau dan
mensucikan Engkau.” (QS. Al-
Baqarah:30).
Kanjeng Nabi Adam kembali menuju
Sang Pencipta. Lantas beberapa bagian
dalam hati Kanjeng Nabi oleh Allah
dikeluarkan ketika ia menghadap dan
memohon pertolongan kepada Tuhan.
Lalu Allah ajarkan seluruh nama2 benda.
“Kemudian Dia mengemukakannya
kepada para malaikat, lantas Allah
berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama
benda2 itu jika kamu memang orang2 yg
benar” (QS. Al-Baqarah:31).
Ketahuilah, malaikat menjadi kerdil
dihadapan Adam. Ilmu mereka menjadi
terlihat sempit. Mereka tak bisa
berbangga dab besar hati, justru yg ada
hanya rasa tak berdaya. “Maha Suci
Engkau, tidak ada yg kami ketahui selain
dari apa yg Engkau ajarkan kpd
kami” (QS. Al-Baqarah:32).
Maka kepada mereka Adam
diberitahukan bbrp bagian ilmu dan hal2
yg masih tersembunyi. Akhirnya jelaslah
bagi kaum berakal, bahwa ilmu gaib yg
bersumber dari wahyu lebih kuat dan
lebih sempurna dibandingkan ilmu yg
diperoleh dg penglihatan langsung.
Ilmu yg diperoleh melalui wahyu
merupakan warisan dari hak para nabi.
Namun mulai masa Kanjeng Nabi
Muhammad pintu wahyu telah ditutup
oleh Allah. Sebab Muhammad adalah
penutup para nabi. Dia mewakili sosok
paling berilmu dan paling fasih
dikalangan manusia. Allah telah
mendidiknya dg budi pekertinya menjadi
baik.
Ketahuilah anakku, Ilmu Rasul itu lebih
sempurna, lebih mulia, dan kuat. Karena
ilmu tsb diperoleh langsung dari Sang
Khalik. Beliau sama sekali tidak pernah
menjalankan proses belajar-mengajar
insani.
Ilmu Kasampurnaan yg Kedua,
disampaikan sebagai ilham yaitu
peringatan suksma sejati terhadap
suksma manusia berdasarkan kadar
kejernihan, penerimaan dan daya
kesiapannya. Ilham boleh dikatakan
mengiringi wahyu. Kalau wahyu
merupakan penegasan perkara gaib,
maka ilham merupakan penjelasannya.
Ilmu yg diperoleh dg wahyu itulah
sejatinya ilmu kenabian, sedangkan yg
diperoleh dg ilham itulah sejatinya ilmu
kewalian.
Ilmu kewalian diperoleh secara langsung,
tanpa perantara antara suksma dan Sang
Pencipta. Ilmu Kasampurnaan itu
laksana secercah cahaya dari alam gaib,
yang datang menerpa hati yg jernih,
hampa dan lembut.
Semua ilmu merupakan produk
pengetahuan yg diperoleh dari suksma
sejati yg terdapat dalam inti sangkan
paraning dumadi
dg menisbatkan pada RASA SEJATI,
seperti penisbatan Siti Hawa kepada
Kanjeng Nabi Adam.
Ketahuilah anakku, rasa sejati lebih
mulia, lebih sempurna dan lebih kuat
dari disisi Allah dibandingkan suksma
sejati. Sedangkan suksma sejati lebih
terhormat, lebih lembut dan lebih mulia
dibandingkan mahluk2 lain.
Adapun ilham itu terlahir dari
melimpahnya rasa sejati dan juga
terlahir dari melimpahnya pancaran sinar
suksma sejati. Jika wahyu menjadi
perhiasan para nabi, maka ilham menjadi
perhiasan para wali. Adapun ilmu yg
diperoleh dari wahyu adalah
sebagaimana suksma tanpa rasa atau
wali tanpa nabi. Begitu pula ilham tanpa
wahyu akan menjadi lemah. Ilmu akan
menjadi kuat jika dinisbatkan kepada
wahyu yg bersandar pada penglihatan
ruhani. Itulah ilmu para nabi dan wali
Ketahuilah, ilmu yg diperoleh dg wahyu
hanya khusus bagi para rasul, seperti
diberikan kepada Adam, Musa, Ibrahim,
Isa, Muhammad saw dan para rasul lain.
Itulah yg menbedakan antara risalah dg
nubuwwah .
Adapun nubuwwah adalah perolehan
hakikat dari ilmu dan rasionalitas2 oleh
suksma yg suci kepada orang2 yg
mengambil manfaat. Barangkali
perolehan semacam itu didapat salah
satu suksma, tetapi ia tidak berkewajiban
menyebarkannya karena suatu alasan
dan oleh sebab2 tertentu.
Ilmu kasampurnaan menjadi milik
seorang nabi dan wali, sebagaimana
dimilki Khidir a.s. Hal itu terdapat pd
dalil: “Dan yg telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami” (QS. Al-
Kahfi:65).
Ingatlah ketika khalifah Ali berujar:
“Kumasukan lisanku kemulutku, hingga
terbukalah dihatiku seribu pintu ilmu, yg
pada setiap pintu terdapat seribu pintu
yg lain”. Dan ia berkata: “Andai
kuletakkan bantal dan aku duduk
diatasnya, niscaya aku akan mengambil
putusan hukum bagi penganut Taurat
berdasarkan Taurat mereka, bagi
penganut Injil berdasarkan Injil mereka,
dan bagi penganut al-Quran berdasarkan
al-Quran mereka”.
Derajat seperti ini tidak bisa diterima dg
melalui ilmu kemanungsa semata yg
hanya dari pembelajaran insani. Pastilah
seseorang yg telah mencapai derajat tsb
telah dikarunia ilmu kasampurnaan.
Jika Allah menghendaki kebaikan pada
dirimu, Dia akan menyingkap tabir atau
hijab yg menhalangi dirimu dg suksma
yg menjadi papan itu. Dg demikian,
sebagian rahasia dari apa2 yg
tersembunyi akan ditampakan pdmu.
segenap makna yg terkandung didalam
rahasia tsb akan terpahat pd suksmamu.
Dan suksma itupun mengungkapkan
sebagaimana engkau ingin karena
dikehendakiNya..
Sejatinya, kearifan bisa lahir dari ilmu
kasampurnaan. Selama engkau belum
mencapai derajat atau tingkatan ini,
engkau tidak akan menjadi seorang arif.
Karena kearifan merupakan pemberian
Hyang Widi.
Dalilnya : ” Allah menganugrahkan al-
hikmah kepada siapa saja yang Dia
kehendaki. Dan barang siapa yang
dianugerahi al-hikmah itu, ia benar2
telah dianugerahi karunia yang banyak.
Dan hanya orang2 yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran ” (QS. Al-
Baqarah:269).
Hal itu karena orang2 yg berhasil
mencapai ilmu kasampurnaan tidak perlu
lagi banyak berusaha memahami ilmu
secara induktif dan berpayah-payah
belajar. Orang yg demikian sedikit
belajar, banyak mengajar, sedikit capai,
banyak istirahat.
Ketahuilah anakku, setelah wahyu
terputus dan sesudah pintu risalah
ditutup, umat manusia tidak lagi
membutuhkan kehadiran rasul atau
utusan. Mereka tidak lagi memerlukan
penampakan dakwah setelah
penyempurnaan agama. Bukanlah
termasuk kearifan menampakan nilai
lebih tidak berdasarkan kebutuhan.
Tapi ketahuilah anakku, pintu ilham itu
tidak pernah ditutup. Pancaran cahaya
suksma sejati tidak pernah terputus.
Karena suksma terus membutuhkan
arahan, pembaharuan dan peringatan.
Umat manusia tidak memerlukan risalah
dan dakwah, tetapi masih membutuhkan
peringatan sebagai akibat dari
tenggelamnya mereka pada rasa was-
was dan terhanyut oleh gelombang
syahwat.
Karena itu Allah menutup pintu wahyu
sebagai pertanda bagi hamba-Nya dan
membuka pintu ilham sebagai rahmat
serta menyiapkan segala sesuatu
menyusun tingkatan2 supaya mereka
tahu bahwa Allah Maha Lembut kepada
hamba2-Nya, memberikan rezeki kepada
siapa saja yg dikendaki tanpa
perhitungan. Selesai sudah nasehatku
tentang kawruh kesejatian yg kubeberkan
padamu. Hendaklah engkau bisa
menggunakan sebaik mungkin.
Dengan sikap takzim, Raden Paku
( Sunan Giri ) menerawang ke depan
membayangkan wajah ayahandanya
mengucapkan sendiri kata2 yg barusan
dibacanya. Digengamnya erat2 lembaran
lontar itu, lalu didekapkan didada serasa
hendak menggoreskan makna dalam
hatinya. Suatu makna dari nasehat orang
suci yg tak lain adalah ayahandanya
sendiri Syeh Wali Lanang / Syeh Awallul
Islam ( Maulana Ishak ), lelaki suci
keturunan manusia utama.
dari : Suluk Syekh Wali Lanang

0 komentar:

Posting Komentar