Sabtu, 07 Juli 2012

SEMAR

Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi
kesejahteraan manusia
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar
Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan
Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan
kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak
mengatakan simbul Sang Maha Tunggal". Sedang tangan kirinya bermakna
"berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun
simpatik".
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel
= keteguhan jiwa.
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak
mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan. Semar
sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk
melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar barjalan menghadap keatas
maknanya : "dalam perjalanan anak
manusia perwujudannya ia memberikan
teladan agar selalu memandang keatas
(sang Khaliq ) yang maha pengasih serta
penyayang umat".
Kain semar Parangkusumorojo:
perwujudan Dewonggowantah (untuk
menuntun manusia) agar
memayuhayuning bawono : menegakan
keadilan dan kebenaran di bumi.
Ciri sosok semar adalah
- Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
- Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
- Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
- Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
- Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi  atas
nasehatnya
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap
Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum
masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan
sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-
an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian
tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain
hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah
Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai
dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .
Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan
Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak
dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian
sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan
jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka
murkamu) artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan
dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan
menuju kesempurnaan hidup".


1 komentar: