Sabtu, 14 Juli 2012

KayuGung Susuhe Angin

Kalau Anda diminta oleh guru spiritual
Anda untuk mencari sarang angin, apa yang
akan Anda kerjakan? Mungkin Anda
bingung, apa sih maksudnya? Lalu tidak
mengerjakan apapun. Atau, mungkin Anda
pergi ke pantai atau gunung tinggi yang
banyak anginnya, sama persis ketika Bima
Sena mendapat perintah untuk mencari
Kayu Gung Susuhing Angin ( Kayu Besar
tempat Angin bersarang) dari Resi Drona
bapak gurunya. Bima si gagah berani pergi
ke lepas pantai, bahkan masuk hingga dasar
laut demi mendapatkan sarang angin.
Berhasilkah Bima? Tidak. Karena sarang
angin tidak berada dimana mana.
Ada masa masa ketika manusia terjebak
pada konotasi leksikal. Apa yang didengar
diterjemahkan apa adanya, seturut
kehendak logika. Padahal sarang angin yang
dimaksud oleh para guru spiritual adalah
pusat pernapasan, sesuatu yang sudah ada
dan menyatu di dalam diri kita. Pusat
pernapasan yang lebih banyak terlupakan
dari pada diingat. Itulah yang diminta oleh
para guru untuk ditemukan. Selanjutnya,
tentu saja untuk digunakan.
Loh, sarang angin kok digunakan? Benar.
Kalau kita ingin sukses, bahagia, sehat lahir
batin, pintar pintarlah menggunakan sarang
angin. Paling tidak itulah nilai yang saya
serap dari Bima Sena ketia ia mencari Kayu
Gung Susuhing Angin (Kayu besar tempat
Angin bersarang)
Resep transformasi ala Bima Sena waktu itu
adalah, jangan terlalu mendewakan logika,
rumus, kamus dan dogma. Mengartikan
Kayu Gung Susuhing Angin menjadi: kayu
besar tempat angin bersarang adalah
mekanisme leksikon yang bisa jadi
menyesatkan kahidupan kita. Gunakanlah
kecerdasan spiritual untuk mengolah setiap
pesan dari para guru.
Kayu dalam bahasa jawa juga disebut
kajeng. Kajeng sinonim dengan karep, karsa,
kemauan, cita cita, intensi dan doa.
Gung, adalah tembung wod yang
menghasilkan kata Agung yang arinya
besar, akbar, subhan, great.
Susuhing Angin bila di Indonesiakan
menjadi ; sarang angin , dalam bahasa
spiritual berarti pusat pernapasan
Coba simak, apa yang ingin dikatakan Resi
Drona pada murid kinasihnya Bima? ”Jika
kamu memiliki cita cita (kajeng) yang besar
(Agung), carilah itu lewat pusat
pernapasanmu!”. Ajaran itu cukup bagi kita
untuk memahami esensi olah napas,
meditasi dan relaksasi. Dalam konteks
pewayangan Resi Drona mengatakan
kepada Bima, bahwa ia akan memenangkan
perang baratayudha kalau ia bisa
menemukan Kayu Gung Susuhing Angin. Itu
sama artinya dengan mengatakan, “Heh
Bima Sena, kalau kamu ingin menang
dalam perang Baratayudha, berdoalah lebih
dahulu sebelum kamu beranjak ke medan
laga”
Ajakan memenangi peparangan terhadap
musuh, saat ini tidak lagi kontekstual.
Karena kita tahu bahwa sesungguhnya
musuh terbesar manusia adalah dirinya
sendiri, nafsu nafsu nya sendiri.
Kabar gembiranya adalah bahwa senjata
penumpas yang sakti berupa ”Sarang Angin”
sudah Anda punya sejak Anda memulai
kehidupan ini. Cuma banyak diantara kita
yang tidak tahu cara menggunakannya.
Selamat bermeditasi.


1 komentar: